Ilustrasi. ( Istockphoto/gorodenkoff)
Pencurian informasi dari kartu kredit dan debit atau dikenal dengan istilah skimming ATM menjadi bahaya yang bisa menjerat nasabah perbankan.
Pengamat keamanan siber Vaksin.com Alfons Tanujaya mengungkap kejadian skimming ATM bisa bersumber dari dalam dan luar.
Dari dalam, artinya ada kebocoran database perbankan dan terjadi masif. Sementara dari luar artinya bisa terjadi skimming di mesin ATM atau skimming mesin EDC disertai kamera pengintip pin. Skimming ATM dilakukan dengan mengkloning kartu.
"Kalau kloning, kartu harus fisik digesekkan ke alat yang biasanya disamarkan," ujar Alfons kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/9).
Alfons menambahkan alat skimming bisa dikendalikan dari jauh. Namun, intinya ada alat skimming yang menempel untuk menggesekkan kartu.
Dia menjelaskan alat skimming biasanya kecil dan tipis. Bentuk yang kecil ini membuat sulit mengindentifikasi potensi skimming dalam ATM atau EDC.
"Alat pencuri PIN pun sudah canggih. Kalau kamera kecil kan terlihat. Ini bentuknya seperti keypad yang ditumpuk di atas keypad asli," papar Alfons.
Dia menegaskan pengguna ATM harus waspada khususnya lokasi yang sepi.
"Selalu waspada khususnya ATM yang sepi atau mulut ATM yang aneh dan pin pad yang terlalu menonjol," ungkap Alfons.
Pergantian ATM Magnetik ke Chip
Alfons mengungkap masih ada potensi menghindari skimming dengan menggunakan kartu chip. Pasalnya, kartu ATM yang menggunakan chip data sudah terenkripsi. Enkripsi artinya proses pengamanan informasi dengan membuat informasi tidak dapat dibaca tanpa bantuan kode atau ilmu khusus.
"Maka dari itu, sebaiknya bank mengganti kartu ATM dengan teknologi chip," ujar Alfons.
Dia menambahkan hingga saat ini rata-rata kartu masih gabungan chip dan magnetik karena masa transisi. Sehingga bank perlu menonaktifkan EDC dan ATM magnetik secara perlahan.
Korban Skimming
Kemarin, seorang nasabah BRI, Pratama Guitarra menjadi korban skimming ATM sebesar Rp14 juta. Kejadian berawal dari pengambilan uang dari ATM oleh korban pada Minggu (8/9).
Sayangnya, kartu tidak berhasil masuk dan ditolak ATM. Akhirnya, kemarin, Kamis (12/9) Pratama memutuskan untuk ke kantor BRI yang berlokasi di Depok untuk mengganti kartu yang dia duga rusak.
Setelah melakukan pengecekan ATM, ternyata ada uang dengan nominal hingga Rp14 juta yang sudah raib dari rekening.
"Setelah dilihat kok uang berkurang banyak. Akhirnya saya meminta pihak BRI untuk print mutasi dan tercatat pada Selasa (10/9) ada penarikan yang tidak dikenal," kisahnya pada CNNIndonesia.com, Jumat (13/9).
Pratama menambahkan jumlah yang ditarik terbagi dua yakni Rp10 juta menggunakan ATM bank lain pada Selasa (10/9) dan Rp4 juta menggunakan ATM BRI pada Rabu (11/9). Setelah ditelusuri, penarikan Rp4 juta dilakukan di SPNI Kampial, Bali.
Hingga berita ini dinaikkan, korban mengungkap BRI masih melakukan investigasi lebih lanjut. Melihat dari kasus Pratama tersebut, Alfons menilai ada dua yang terjadi yakni kartu berhasil dikloning dan pin ATM berhasil diketahui.
Alfons menilai ATM yang digunakan kemungkinan masih magnetik artinya kalau sudah ada chip pun masih gabungan belum 100 persen chip.
"Logikanya itu kemungkinan besar magnetik. Sehingga bisa dijadikan sumber skimming. Atau bisa saja skimming di daerah lain. Lihat saja di histori penggunaan kartu korban," papar Alfons.
Dari histori tersebut, menurut Alfons sumber skimming mudah dilacak.
Tanggapan BRI
Menanggapi kejadian skimming ATM BRI, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Indra Utoyo mengungkap skimming memang bukan hal baru.
"Upaya kejahatan skimming dari waktu ke waktu modus dan teknologinya terus berkembang serta jaringannya merupakan sindikat international," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/9).
Terkait migrasi kartu ATM chip, Indra mengungkap BRI telah menargetkan untuk migrasi hingga 70 persen.
"Target kami tahun ini bisa migrasi chip hingga 70 persen dan sisanya diharapkan tuntas 2020," pungkas Indra. Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190913095417-185-430132/mengenal-skimming-penyebab-atm-nasabah-bobol
Pengamat keamanan siber Vaksin.com Alfons Tanujaya mengungkap kejadian skimming ATM bisa bersumber dari dalam dan luar.
Dari dalam, artinya ada kebocoran database perbankan dan terjadi masif. Sementara dari luar artinya bisa terjadi skimming di mesin ATM atau skimming mesin EDC disertai kamera pengintip pin. Skimming ATM dilakukan dengan mengkloning kartu.
"Kalau kloning, kartu harus fisik digesekkan ke alat yang biasanya disamarkan," ujar Alfons kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/9).
Alfons menambahkan alat skimming bisa dikendalikan dari jauh. Namun, intinya ada alat skimming yang menempel untuk menggesekkan kartu.
Dia menjelaskan alat skimming biasanya kecil dan tipis. Bentuk yang kecil ini membuat sulit mengindentifikasi potensi skimming dalam ATM atau EDC.
"Alat pencuri PIN pun sudah canggih. Kalau kamera kecil kan terlihat. Ini bentuknya seperti keypad yang ditumpuk di atas keypad asli," papar Alfons.
Dia menegaskan pengguna ATM harus waspada khususnya lokasi yang sepi.
"Selalu waspada khususnya ATM yang sepi atau mulut ATM yang aneh dan pin pad yang terlalu menonjol," ungkap Alfons.
Pergantian ATM Magnetik ke Chip
Alfons mengungkap masih ada potensi menghindari skimming dengan menggunakan kartu chip. Pasalnya, kartu ATM yang menggunakan chip data sudah terenkripsi. Enkripsi artinya proses pengamanan informasi dengan membuat informasi tidak dapat dibaca tanpa bantuan kode atau ilmu khusus.
"Maka dari itu, sebaiknya bank mengganti kartu ATM dengan teknologi chip," ujar Alfons.
Dia menambahkan hingga saat ini rata-rata kartu masih gabungan chip dan magnetik karena masa transisi. Sehingga bank perlu menonaktifkan EDC dan ATM magnetik secara perlahan.
Korban Skimming
Kemarin, seorang nasabah BRI, Pratama Guitarra menjadi korban skimming ATM sebesar Rp14 juta. Kejadian berawal dari pengambilan uang dari ATM oleh korban pada Minggu (8/9).
Sayangnya, kartu tidak berhasil masuk dan ditolak ATM. Akhirnya, kemarin, Kamis (12/9) Pratama memutuskan untuk ke kantor BRI yang berlokasi di Depok untuk mengganti kartu yang dia duga rusak.
Setelah melakukan pengecekan ATM, ternyata ada uang dengan nominal hingga Rp14 juta yang sudah raib dari rekening.
"Setelah dilihat kok uang berkurang banyak. Akhirnya saya meminta pihak BRI untuk print mutasi dan tercatat pada Selasa (10/9) ada penarikan yang tidak dikenal," kisahnya pada CNNIndonesia.com, Jumat (13/9).
Pratama menambahkan jumlah yang ditarik terbagi dua yakni Rp10 juta menggunakan ATM bank lain pada Selasa (10/9) dan Rp4 juta menggunakan ATM BRI pada Rabu (11/9). Setelah ditelusuri, penarikan Rp4 juta dilakukan di SPNI Kampial, Bali.
Hingga berita ini dinaikkan, korban mengungkap BRI masih melakukan investigasi lebih lanjut. Melihat dari kasus Pratama tersebut, Alfons menilai ada dua yang terjadi yakni kartu berhasil dikloning dan pin ATM berhasil diketahui.
Alfons menilai ATM yang digunakan kemungkinan masih magnetik artinya kalau sudah ada chip pun masih gabungan belum 100 persen chip.
"Logikanya itu kemungkinan besar magnetik. Sehingga bisa dijadikan sumber skimming. Atau bisa saja skimming di daerah lain. Lihat saja di histori penggunaan kartu korban," papar Alfons.
Dari histori tersebut, menurut Alfons sumber skimming mudah dilacak.
Tanggapan BRI
Menanggapi kejadian skimming ATM BRI, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Indra Utoyo mengungkap skimming memang bukan hal baru.
"Upaya kejahatan skimming dari waktu ke waktu modus dan teknologinya terus berkembang serta jaringannya merupakan sindikat international," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/9).
Terkait migrasi kartu ATM chip, Indra mengungkap BRI telah menargetkan untuk migrasi hingga 70 persen.
"Target kami tahun ini bisa migrasi chip hingga 70 persen dan sisanya diharapkan tuntas 2020," pungkas Indra. Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190913095417-185-430132/mengenal-skimming-penyebab-atm-nasabah-bobol